Kamis, 16 September 2010

border, no....

dibatasi mungkin adalah salah satu hal yang paling di benci orang, dari manapun dan kapanpun. koloni ingris yang pindah ke amerika pada dasarnya mencari kebebasan (liberty) dari tempat asalnya dimana mereka dikekang dan diperlakukan tidak adil. ini yang kemudian mereka jadikan salah satu simbol dari tanah harapan mereka, amerika, dengan semboyan liberty, fraternite, egalite (tiga kata yg sesungguhnya semboyan nasional negara perancis).

kini kebebasan telah hadir, paling tidak, itulah yang bisa kita katakan kalau melihat secara kasat mata bahwa tak ada satupun negara manusia di bumi ini yang ada di bawah penjajahan negara lainnya. bahkan, dengan hadirnya teknologi yang makin berkembang pesat (seolah tidak mengikuti deret hitung) yang salah satunya teknologi online yang terintegrasi dengan mobile device membuat manusia berani berkata: dunia dalam genggaman.

tampak bahwa teknologi ini telah membebaskan kita, kita jadi dapat menghubungi keluarga dan sahabat yang berada nun jauh disana, dapat mengakses informasi dengan cepat sehingga kejadian yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita ketahui beberapa menit kemudian, kita dapat bepergian ke tempat-tempat yang terletak ribuan kilometer dalam waktu relatif tak terlalu lama. kita tak lagi di kurung dan dibatasi oleh waktu dan tempat.

namun jika kita renungkan, apakah mereka benar-benar bebas? sepanjang pengamatan saya, dari 10 orang tidak saling kenal yang saya temui di tempat umum rata-rata 7 dari mereka pasti sibuk atau asyik sendiri dengan mobile devicenya. masyarakat di tempat yg relatif (dikatakan) telah maju, tak mau ketinggalan membawa cellular phone kemanapun mereka pergi (mungkin kecuali saat berenang). mereka rata-rata juga berlomba mengikuti trend. saat trend cell phone mungil, berbondong-bondong beli yang mungil, musimnya qwerty berbondong-bondong beli qwerty. mereka di border oleh keinginan dan indria-indria mereka sendiri.

saya merasa kagum pada salah satu pejabat di tempat saya bekerja, dimana beliau selalu menyempatkan waktu untuk menuangkan isi pikirannya dengan nge-blog yang sesuai dengan kompetensi beliau. saya juga merasa kagum terhadap rekan yang dengan cerdas dan lugas memanfaatkan internet sebagai sarana sharing informasi dan diskusi agama.

kepada mereka berdua ini saya nyatakan salut, mereka seolah tak dibatasi oleh dimana mereka berada, mereka beyond border...